A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan
usus ditandai dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare. (Kamus
Besar Dorland Hartanto, 2002)
Gastroenteritis adalah radang lambung dan usus yang
memberikan gejala diare atau tanpa disertai muntah (muntah berak). (Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 2)
Gastroenteritis didefinisikan sebagai
inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Cecilya
L. Bets, 2002)
Gastroentritis adalah suatu keadaan dimana tinja menjadi
lunak hingga cair dan terjadi berulang-ulang (lebih dari 3x dalam sehari).
(Nagiga dan Dr. Ni Wayan Arty, 2009)
Gastroenteritis adalah kaadan ketika seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami defekasi sering dengan feses cair atau
feses tidak berbentuk. (Carpenito, 2007)
Diare yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/ tanpa darah dan/ atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat. (Mansjoer, 2000)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah,
seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pda neonatus
lebih dari 4 kali/ hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Diare adalah buang air besar (defekasi
dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),kandungan air
tinja lebih bnyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24 jam.Definisi
lain memakai criteria frekuensi,yaitu buang air encer lebih dari 3 kali per
hari. Buang air besar tersebut dapat/tanpa disretai lender dan darah. (Sudoyo,2007)
B. ETIOLOGI
1. Faktor
infeksi
a.
Infeksi
bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina,
Aeromonas, dan sebagainya.
b.
Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan lain-lain.
c.
Infeksi
parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).
2. Faktor
malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.
3. Faktor
makanan
Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Factor
psikologis
Rasa takut dan cemas.
5. Imunodefisiensi
Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Infeksi
terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya Gastroenteritis
adalah dehidrasi yang disebabkan karena makanan terkontaminasi dengan
mikroorganisme dan ikut masuk ke dalam saluran pencernaan sehingga menyebabkan
iritasi pada mukosa lambung sehingga makanan tidak dapat diabsorbsi dan keluar
melalui kolon yang berbentuk cair.
Yang kedua karena gangguan keseimbangan asam-basa, hal ini
terjadi karena :
1.
kehilangan
Na-bikarbonat bersama tinja
2.
adanya
ketosis kelaparan
3.
terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
4.
produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal
5.
pemindahan
ion Na dari cairan ekstra seluler ke dalam cairan intra seluler.
Hipoglikemia adalah kekurangan glikogen dalam tubuh yang
disebabkan oleh kerusakan sel-sel dan penurunan konsentrasi glukosa serum,
insulin, dan hormon pertumbuhan. Gejalanya antara lain : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, dan kejang sampailama.
Gangguan gizi disebabkan karena :
a. makanan sering dihentikan oleh orang
tua karena takut diare atau muntah yang bertambah berat.
b. walaupun susu diteruskan sering diberikan
dengan pengenceran dan susu encer diberikan terlalu lama
c. makanan yang diberikan tidak dapat
dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena hiperperistaltik
Gangguan sirkulasi darah berupa syok hipovilemik akibat
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidisis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan dalam otak.
Faktor infeksi virus, bakteri, dan parasit masuk kedalam
tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar, tertelan lalu masuk
kedalam lambung yang akan dinetralisir oleh asam lambung. Mikroorganisme akan
mati atau bila jumlahnya banyak maka akan ada yang lolos sampai usus duabelas
jari (duodenum) dan akan berkembangbiak di usus halus bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang akan berkembangbiak di usus halus. Bakteri memproduksi enzim
mucinosa yang mana mencairkan cairan lendir sel
epitel. Di dalam membrane bakteri mengeluarkan sehingga penyerapan
makanan/ air terganggu terjadilah hipersekresi sehingga terjadilah
diare.
Faktor non infeksi (malabsorbsi) merupakan makanan yang tidak
dapat diserap oleh lambung yang terdapat keseimbangan mikrofora melalui prses
fermentasi, mikroflora usus metabolisme berbagai macam substrat terutama
komponen dari diet dengan hasi akhir asam lemak dan gas sehingga tekanan
osmotik dari rongga usus meningkat dan terjadi perpindahan cairan dari rongga
usus yang berakibat mobilitas usus meningkat sehingga menimbulkan diare.
Faktor psikologi (takut dan cemas) menyebabkan pengeluaran
hormon adrenalin meningkat dan akan mempengaruhi kerja saraf parasimpatik sehingga
terjadi hiperperistaltik yang akhirnya timbul diare. (Ngastiyah, 2006 ;
Mansjoer, 2000)
D
. MANIFESTASI KLINIS
Gejala
awal :
1.
Anak
menjadi cengeng
2.
Gelisah
3.
Suhu
badan meningkat
4.
Nafsu
makan menurun atau tidak ada
5.
Tinja
cair (mungkin mengandung darah atau lendir)
6.
Warna
tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
Gejala
lain :
1.
Muntah
(dapat terjadi sebelum atau sesudah diare)
2.
Gejala
dehidrasi
3.
Berat
badan menurun
4.
Ubun-ubun
cekung (pada bayi)
5.
Tonus
dan turgor kulit berkurang
6.
Selaput
lendir dan bibir kering
Gejala
klinis sesuai tingkat dehidrasi adalah sebagai berikut :
1. Ringan
(kehilangan 2,5% BB)
Dehidrasi
Kesadaran Komposmetis, nadi kurang dari 120 kali per menit, pernafasan biasa,
ubun-ubun besar agak cekung, mata agak cekung, turgor dan tonus biasa, mulut
kering.
2. Dehidrasi
sedang (kehilangan 6,9% BB)
Kesadaran
gelisah, nadi 120-140 kali per menit, pernafasan agak cepat, ubun-ubun besar
cekung, mata tampak cekung, turgor dan tonus agak berkurang, mulut kering.
3. Dehidrasi
berat (kehilangan > 10% BB)
Kesadaran
apatis sampai koma, nadi lebih dari 140 kali per menit, pernafasan kusmaul,
ubun-ubun besar cekung sekali, turgor dan tonus kurang sekali, mulut ering dan
sianosis. (Mansjoer, 2000)
E.
TANDA DAN GEJALA
1.
Diare.
2.
Muntah.
3.
Demam.
4.
Nyeri
abdomen
5.
Membran
mukosa mulut dan bibir kering
6.
Fontanel
cekung
7.
Kehilangan
berat badan
8.
Tidak
nafsu makan
9.
Badan
terasa lemah
F. KLASIFIKASI
Diare
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya
infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan
para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena
infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi
di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare
akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare
dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi
karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir
dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi
waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang
berlangsung 2 minggu atau lebih (Sunoto, 1990).
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan
tinja, baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk menentukan
diagnosa yang pasti.
1) Pemeriksaan secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan
lain-lain.
2) Pada pemeriksaan mikroskopik harus
diperhatikan telur cacing, parasit, dan bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1) Homogram lengkap, meliputi : Hb,
eritrosi, leukosit, dan hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi
dan infeksi.
2) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam
basa.
3) Pemeriksaan AGD dan elektrolit,
yaitu Na, K, Cl, dan Mg.
c. Pemeriksaan urine
Ditetapkan
volme, berat jenis, pH, dan elektrolitnya.
2. Endoskopi
Pemeriksaan
endoskopi sebaiknya dilakukan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderia
diare. Lebih-lebih lagi setelaah ditemukan ‘colon fibrescope’ maka akan
mempermudah dalam pembuatan diagnosa.
3. Radiologi
Penderita
sering mengalami diare yang hilang timbul, misalnya colitis ulseratif dan
regional enteritis. Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan
radiology.
F. KOMPLIKASI
1. Cardiac Dysritmia
2. Asidosis
metabolic
3. Dehidrasi
4. Hipotensi
5. Kematian
6. Kontraksi ventrikel premature.
(Sylvia A. Price, 2005).
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Keperawatan
Pengkajian
Data Fokus (Doengoes, 2000)
a. Aktivitas/
istirahat
Gejala
: kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalam karena diare, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/ kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit
b. Sirkulasi
Tanda
: Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan
nyeri), kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K), TD : hipotensi,
termasuk postural, kulit/ membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah
pecah-pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas
Ego
Gejala
: Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada harapan,
stress
Tanda
: Menolak, perhatian menyempit, depresi.
d. Eliminasi
Gejala
: Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair,
episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, perdarahan per rectal, riwayat
batu ginjal (dehidrasi).
Tanda
: Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang
dapat dilihat, oliguria
e. Makanan/
Cairan
Gejala
: Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap
diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)
Tanda
: Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor
kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda
: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis kekurangan
vitamin, bau badan.
g. Nyeri/
kenyamanan
Gejala
: Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi).
Tanda
: Nyeri tekan abdomen/ distensi.\
h. Keamanan
Gejala
: Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).
Tanda
: Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis, peningkatan
suhu 39,6-40, alergi terhadap makanan/ produk susu(mengeluarkan histamin
kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
i. Seksualitas
Gejala
: Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
j. Interaksi
social
Gejala
: Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan aktif
dalam sosial.
k. Penyuluhan/
pembelajaran
Gejala
: riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus, pertimbangan: DRG
menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari, rencana pemulangan: bantuan dengan
program diet, obat dan dukungan psikologis
2. Diagnosa
Keperawatan
a. Diare
berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus
b. Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak
cairan (diare berat dan muntah).
c. Hipertemia berhubungan dengan
dehidrasi
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient.
e. Ansietas
berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses inflamasi).
f. Nyeri
berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, akskoreasi
fisura oerirektal.
g. Koping
indivudu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang tidak diduga.
h. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau tidak mengenal
sumber. (Brunner dan Suddarth, 2000)
3. Intervensi
Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan
inflamasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan:
Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi kembali normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji faktor penyebab
diare
2. Observasi dan catat frekwensi
devekasi, karakteristi, jumlah dan factor pencetus
3. Tingkatkan tirah baring
4. Identifikasi makanan dan cairan
yang menyebabkan diare
5. Berikan larutan oralit atau LGG
6. Kolaborasi pemberian obat
antikolinergi
7. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
|
1. untuk mengetahui penyebab
dari diare
2. Membantu membedakan
penyakit individu dan mengkaji beratnya.
3. Istirahat menurunkan
mobilitas usus juga laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai
komplikasi
4. Menghindarkan
iritan, meningkatkan istirahat usus.
5. Menggantikan elektrolit
sementara
6. Menurunkan mortilitas /
peristaltic GI dan menurunkan sekresi digesti untuk menghilangkan kram dan
diare
7. untuk membunuh kuman dan
mencegah infeksi.
|
b. Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan banyak cairan (diare berat
dan muntah)
Tujuan
: Mempertahankan volume cairan adekuat.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Awasi masukan dan haluan,
karakter dan jumlah feses
2. Kaji tanda vital
3. Observasi kulit kering
berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor Kulit, pengisapan
kapiler lambat.
4. Berikan cairan parenteral sesuai
indikasi
5. Berikan obat sesuai indikasi
antidiare
|
1. Memberikan
informasi tentang Keseimbangan cairan
2. Hipotensi (termasuk postoral),
takikardia demam dapat menunjukkan terhadap Efek
/ kehilangan cairan
3. Menunjukkan kehilangan cairan
berlebih atau dehidrasi.
4. Mempertahankan istirahat usus
akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan /anemia
5. Menurunkan kehilangan cairan
dari usus
|
c. Hipertemia berhubungan dengan
dehidrasi
Tujuan: tubuh pasien
kembali normal dengan kriteria hasil :
- Tanda-tanda
vital stabil
- Membran mukosa
lembab.
- Turgor kulit
baik, kulit tidak kemerahan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kolaborasi pemberian antipiretik
|
1. Mengetahui keadaan pasien yang
dapat membantu dalam diagnosis
2. mengurangi demam dengan aksi
centralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodekstruksi dari sel-sel
yang terinfeksi
|
d. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : Menunjukkan
berat badan stabil atau peningkatan berat badan
sesuai sasaran
Intervensi
|
Rasional
|
1. Timbang berat badan tiap hari
2. Dorong tirah baring dan/atau
pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.
3. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang merangsang
4. Dorong pasien untuk menyatakan
Permasalahaan mulai makan diet
5. Pertahankan puasa sesuai
indikasi
6. Berikan nutrisi parenteral
total, terapi IV sesuai indikasi.
|
1. Memberikan informasi
tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi
2. Menurunkan kebutuhan
metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Menenangkan peristaltic
dan meningkatkan energi untuk makanan.
4. Keragu-raguan untuk makan
mungkin dakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
5. Istirahat usus menurunkan
peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorbsi/ kehilangan nutrient.
6. Program ini
mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan,
|
e. Ansietas berhubungan dengan factor
psikologis / rangsang simpatis (proses inflamasi)
Tujuan
: Menurunkan rileks dan melaporkan
penurunan ansietas sampai tingkat yang dapat ditangani.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Dorong pasien untuk menyatakan
perasaan, berikan umpan balik
2. Akui bahwa ansietas dan masalah
mirip dengan yang diekspresikan orang lain
3. Bantu klien belajar mekanisme
koping baru misalnya tekhnik mengatasi stress, keterampilan organisasi
4. Berikan lingkungan tenang dan
istirahat
5. Rujuk pada perawat spesialis
psikiatri, pelayanan social, penasehat agama.
|
1. Membuat hubungan
teraupetik,
Membantu
pasien / orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah
yang menyebabkan stress.
2. Validasi bahwa perasaan
normal dapat membantu menurunkan stress
3. Belajar cara baru untuk
mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas.
4. Memindahkan klien dari
stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
5. Di butuhkan bantuan
tambahan untuk meningkatkan control dan mengatasi episode akut.
|
f. Nyeri berhubungan dengan
hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, anoreksia fisura
perirektal.
Tujuan : Melaporkan
nyeri hilang / terkontrol
Intervensi
|
Rasional
|
1. Dorong klien untuk melaporkan
nyeri
2. Kaji laporan kram abdomen atau
nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan
perubahan karakteristik nyeri.
3. Kaji ulang factor-faktor yang meningkatkan
atau menghilangkan nyeri.
4. Ijinkan klien untuk memulai
posisi yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi.
5. Observasi / catat distensi
abdomen, peningkatan suhu, penurunan tekanan darah.
6. Berikan obat sesuai indikasi
Analgesik.
|
1. Mencoba
untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesic.
2. Perubahan
pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadinya
komplikasi, misalnya ;vistula kemih, perforasi, toksik megakolon.
3. dapat
menunjukan dengan tepat pencetus factor-factor pemberat (seperti kejadian
stress, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi.
4. Menurunkan
tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.
5. Dapat
menunjukkan terjadinya obtruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan
parut.
6. Nyeri
bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.
|
g. Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan proses penyakit yang tidak diduga
Tujuan :
Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu untuk membatasi
/ mencegah
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji pemahaman klien / orang
terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima proses penyakit.
2. Berikan kesempatan pada klien
untuk mendiskusikan bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan.
3. Bantu klien mengidentifikasi
keterampilan koping efektif secara individu.
4. Masukkan klien atau orang
terdekat dalam tim pertemuan untuk mengembangkan program individu .
|
1. Perawat mampu untuk menerima
lebih nyata tentang masalah saat ini.
2. Stressor penyakit mempengaruhi
semua arah hidup dank lien mengalami kesulitan mengatasi perasaan lemah /
nyeri.
3. Penggunaan perilaku yang
berhasil sebelumnya dapat membantu klien menerima situasi / rencana saat ini
untuk masa datang
4. Meningkatkan klontinuitas
perawatan dan memampukan klien atau orang terdekat sebagai bagian perendanaan
dan meningkatkan kerja sama dalam program terapi
|
h. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang mengingat informasi atau tidak mengenal sumber.
Tujuan : Menyatakan
pemahaman proses penyakit / pengobatan .
Intervensi
|
Rasional
|
3. Beri penyuluhan dan penjelasan
tentang penyakit diare: pengertian, penyebab, cara penularan, cara
pencegahan, dan cara mengobati
4. Kaji ulang proses penyakit,
penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi
cara menurunkan factor pendukung.
5. Kaji ulang obat, tujuan,
frekuensi, dosisi, dan kemungkinan efek samping.
6. Tekankan pentingnya kebersihan
perorangan dan lingkungan: cuci tangan, kebersihan kuku, BAB/BAK di WC,
pengelolaan sampah, dsb
|
1. Membuat pengetahuan dasar
dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
2. Faktor pencetus/ pemberat
individu sehungga kebutuhan klien untuk waspada terhadap makanan, cairan dan
factor pola hidup dapan mencetus gejala.
3. Meningkatkan pemahaman dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam program kesehatan.
4. Menurunkan penyebaran
bakteri dan resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi
|
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan. Jakarta : EGC
Ma, O. John. 2004. Emergency Medicine Manual. USA : The
Mc.Graw-Hill Companies
Mansjoer
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Masjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran
edisi 3. Jakarta : EGC
Smeltzer
C. Suzanne, Bare F. Brenda. 2001. Buku Kedokteran Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC
0 komentar:
Posting Komentar