LAPORAN
PENDAHULUAN PREEKLAMSI
A. Pengertian
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul
pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi, proteinuri, dan edema. Umumnya terjadi pada trimester ke III
(Prawirohardjo, 2006).
Kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau
lebih di atas tekanan yang biasanya, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Tekanan
sistolik meningkat lebih 15 mmHg atau lebih atau mencapai 90 mmHg.
Preeklamsi dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Dinyatakan berat bila ditemukan satu atau lebih dari gejala di bawah
ini:
1.
Tekanan
sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
2.
Proteinuria
5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
3.
Oliguria,
urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam.
4.
Keluhan
serebral gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium.
5.
Edema
paru-paru atau sianosis
B.
Klasifikasi
Pre Eklamsia
- Pre–eklamsia Ringan
-
Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm
Hg dengan interval pemeriksaan 6 jam
-
Tekanan darah diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg
dengan interval pemeriksaan 6 jam
-
Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu
-
Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan
- Pre–eklamsia Berat
Bila salah satu gejala atau tanda
ditemukan pada ibu hamil sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat :
-
Tekanan darah 160/110 mmHg
-
Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam
-
Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
-
Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan
pengelihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis, gangguan kesadaran
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang
mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang dapat diterima:
1.
Primigravida,
kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa;
2.
Makin tuanya
kehamilan;
3.
Kematian janin
dalam rahim;
4.
Edema,
proteinuria, kejang dan koma (Prawirohardjo, 2006).
D. Manifestasi klinik
Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam
urutan: pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan
akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala
subyektif. Pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
E. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mokhtar,
1998).
F. Tes Diagnostik
F. Tes Diagnostik
1.
Tes
diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein
dalam urin, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan
funduskopik.
2.
Tes
laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah
trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi). Pemeriksaan
fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya).Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin). Uji untuk
meramalkan hipertensi
Roll Over test. Pemberian infus angiotensin II.
Roll Over test. Pemberian infus angiotensin II.
G. Penanganan medic
- Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu
serta teliti mengenai tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu
diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
- Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
a)
Untuk
mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
b)
Hendaknya
janin lahir hidup.
c)
Trauma
pada janin seminimal mungkin.
Menurut
Mansjoer (2001), penanganan preeklampsia ringan adalah:
1)
Pada
pasien rawat jalan, anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur
>8 jam malam hari. Bila susah tidur, berikan fenobarbital 1-2 x 30 mg
kunjungan ulang diakukan 1 minggu kemudian.
2)
Rawat
pasien jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan, BB
meningkat >1kg/minggu, selama 2 kali berturut-turut atau tampak adanya tanda
preeklampsia berat. Berikan obat antihipertensi Metildopa 3 x 125 mg, nifedipin
3-8 x 5-10 mg atau pindolol 1-3 x 5 mg. Jangan berikan antidiuretik dan tidak
perlu diet rendah garam.
3)
Jika
keadaaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100mmHg,
pertahanakan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan anjurkan periksa
tiap minggu. Kurangi dosisi hngga mencapai dosis optimal, tekanan darah tidak
boleh < 120mmHg.
H. Penanganan
Preeklamsia Berat:
Ibu yang didiagnosa preeklamsia berat/
(preeklamsia berat disertai keluhan-keluhan lainnya) menderita penyakit kritis
dan memerlukan penanganan yang tepat. Protokol pelaksanannya masih kontroversi
antar rumah sakit saat ini. Pengenalan temuanklinis dan laboratorium sangatlah penting jika terapi yang agresif
dan dini perlu dilakukan untuk mencegah mortalitas maternal dan perinatal.
Serviks yang belum siap (belum berdilatasi atau melunak) karena usia kehamilan
dan sifat agresif penyakit ini mendukung dilakukannya operasi sesaria. Induksi
persalinan yang lama dapat meningkatkan morbiditas maternal.
1)
Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4
dalam infuse Dekstrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes permenit. Dosisi awal
MgSO4 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2 g perjam ddalam drip
infuse sampai tekanan darah antara 140-150/90-100 mmHg. Syarat pemberian MgSO4
adalah reflek patella kuat, RR>16 kali permenit, dan dieresis dalam 4 jam
sebelumnya (0.5ml/kg BB/jam) adalah > 100cc. Selama pemberian MgSO4,
perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
2) Berikan nifedipin
9-3-4 x 10 mg per oral. Jika pada jam ke 4 diastolik belum turun sampai 20%,
tambahkan 10 mg oral. Jika tekanan diastolic meningkat ≥110mmHG, berikan
tambahan suglingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan stabil antara 140-150/90-100mmHg.
3)
Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang kateter
urin dan kantong urin. Ukur urin tiap 6 jam. Jika < 100ml/4 jam, kurangi
dosis MgSO4 menjadi 1g/jam.
I. Evaluasi
Untuk preeklamsia
berat dan, kondisi berikut harus dipenuhi:
1.
Ibu dan janin tidak menderita gejala sisa akibat
preeklamsia atau penatalaksanaannya.
2.
Ibu tidak akan mengalami eklamsia atau komplikasi yang
berat.
3.
Janin tidak akan mengalami distress.
4.
Bayi baru lahir akan dilahirkan dalam kondisi optimal
tanpa suatu efek akibat penyakit maternal dan penatalaksanaannya.
5.
Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu
akibat pada kondisi dan penatalaksanaannya.
6.
Keluarga akan mampu berkoping secara efektif terhadap
keadaan ibu yang berisiko tinggi, penatalaksanaan, dan hasil akhirnya.
KONSEP DASAR ASKEP
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal
proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim
kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan
fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokan dan dianalisis untuk
mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan (Mitayani, 2009).
a.
Biodata pasien
Nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku/bangsa, alamat, dan nomor register.
b.
Biodata penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
c.
Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan
utama
Merupakan alasan utama pasien
untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan dan apa saja yang dirasakan pasien.
Yang umumnya pasien datang dengan keluhan nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia.
2) Riwayat
kesehatan dahulu
a) Kemungkinan
ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil
b) Kemungkinan
ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu.
c) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan
obesitas.
d) Ibu
mungkin pernah menderita penyakit gagal ginjal kronis.
3) Riwayat
kesehatan sekarang
a) Ibu
merasa sakit kepala di daerah frontal.
b) Terasa
sakit diuluhati/nyeri epigastrium.
c) Mual
dan muntah, tidak nafsu makan.
d) Gangguan
serebral lainnya: refleks tinggi, dan tidak tenang.
e) Edema
pada ekstremitas
f) Tengkuk
terasa berat.
g) Kenaikan
berat badan mencapai 1 kg seminggu.
4) Riwayat
kesehatan keluarga
a) Kemungkinan
mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
5) Riwayat
perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang
menikah dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
6) Riwayat
psikososial
Untuk mengetahui keadaan
psikososial pasien atau pasien perlu ditanyakan antara lain : Jumlah anggota
keluarga, dukungan materil dan moril yang didapat dari keluarga,
kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan kesehatan, kebiasaan yang merugikan
kesehatan.
Data yang dikaji pada ibu bersalin
dengan preeklamsia adalah:
a.
Data subyektif :
1. Umur
biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2. Riwayat
kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, oedema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3. Riwayat
kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
4. Riwayat
kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
5. Pola
nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
6. Psiko
sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b.
Data Obyektif :
1.
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam
2.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin,
lokasi edema
3.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui
adanya fetal distress
4.
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella
sebagai syarat pemberian Magnesium sulfat (jika refleks +)
5.
Pemeriksaan penunjang:
a) Tanda
vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam.
b) Laboratorium
: proteinuria dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, serum
kreatinin meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
c) Berat
badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat
kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak.
e) USG
; untuk mengetahui keadaan janin.
f) NST
: untuk mengetahui kesejahteraan janin.
c.
Pemeriksaan fisik biologis
Keadaan
umum : Lemah
Kepala
: Sakit kepala,
wajah edema
Mata
: Konjungtiva sedikit
anemis, edema pada
retina
Pencernaan
abdomen : Nyeri daerah epigastrium,
anoreksia, mual
dan muntah.
Ekstremitas
: Edema pada kaki dan
tangan juga pada jari-
jari.
Sistem
persyarafan : Hiperrefleksia,
klonus pada kaki.
Genitourinaria
: Oliguria, proteinuria.
Diagnosa :
1. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Gangguan
perfusi jaringan ginjal
3. Gangguan
rasa nyaman
INTERVENSI
Diagnose
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
|
NOC :
·
Electrolit and acid base balance
·
Fluid balance
·
Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan
kriteria:
·
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
·
Bunyi
nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
·
Terbebas
dari distensi vena jugularis,
·
Memelihara
tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN
Terbebas dari
kelelahan, kecemasan atau bingung
|
NIC :
·
Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
·
Pasang
urin kateter jika diperlukan
·
Monitor
hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
·
Monitor
vital sign
·
Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
·
Kaji
lokasi dan luas edema
·
Monitor
masukan makanan / cairan
·
Monitor
status nutrisi
·
Berikan
diuretik sesuai interuksi
·
Kolaborasi
pemberian obat:
·
Monitor
berat badan
·
Monitor elektrolit
·
Monitor
tanda dan gejala dari odema
|
Gangguan perfusi jaringan ginjal
|
NOC :
·
Circulation status
·
Electrolite and Acid Base Balance
·
Fluid Balance
·
Hidration
·
Tissue Prefusion : renal
·
Urinari elimination
Setelah dilakukan asuhan selama………ketidakefektifan perfusi jaringan
renal teratasi dengan kriteria hasil:
·
Tekanan
systole dan diastole dalam batas normal
·
Tidak
ada gangguan mental, orientasi kognitif dan kekuatan otot
·
Na,
K, Cl, Ca, Mg, BUN, Creat dan Biknat dalam batas normal
·
Tidak
ada distensi vena leher
·
Tidak
ada bunyi paru tambahan
·
Intake
output seimbang
·
Tidak
ada oedem perifer dan asites
·
Tdak
ada rasa haus yang abnormal
·
Membran
mukosa lembab
·
Hematokrit
dbn
·
Warna
dan bau urin dalam batas normal
|
NIC :
·
Observasi
status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, TD ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi)
·
Monitor
HMT, Ureum, albumin, total protein, serum osmolalitas dan urin
·
Observasi
tanda-tanda cairan berlebih/ retensi (CVP menigkat, oedem, distensi vena
leher dan asites)
·
Pertahankan
intake dan output secara akurat
·
Monitor
TTV
·
Observasi
reaksi tranfusi
·
Monitor
TD
·
Monitor
BUN, Creat, HMT dan elektrolit
·
Timbang
BB sebelum dan sesudah prosedur
·
Kaji
status mental
·
Monitor
CT
·
Kaji
temperatur, TD, denyut perifer, RR dan BB
·
Kaji
BUN, Creat pH, HMT, elektrolit selama prosedur
·
Monitor
adanya respiratory distress
·
Monitor
banyaknya dan penampakan cairan
Monitor
tanda-tanda infeksi
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
NOC :
Kontrol Nyeri
Tingkat Nyeri
Kriteria
Hasil :
·
Mengetahui faktor penyebab nyeri
·
Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
·
Menggunakan tindakan pencegahan
·
Melaporkan gejala
·
Melaporkan kontrol nyeri
·
Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
·
Frekuensi nyeri berkurang
·
Lamanya nyeri berlangsung
|
NIC I : Manajemen Nyeri
·
Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
kualitas, keparahan nyeri dan faktor pencetus nyeri.
·
Observasi ketidaknyamanan non verbal.
·
ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri,
terapi musik, distraksi.
NIC II : Manajemen
Analgetik
·
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan tingkat nyeri sebelum
mengobati pasien.
·
Cek obat meliputi jenis, dosis, dan frekuensi pemberian analgetik.
·
Tentukan jenis analgetik) disamping tipe dan tingkat nyeri.
·
Tentukan Analgetik yang tepat, cara pemberian dan dosisnya secara
tepat.
·
Monitor tanda – tanda vital
|
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso. 2006. Panduan
Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika, Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Johnson. 1997. Nursing
Outcome Classification. Mosby, USA
MCcloskey. 1996. Nursing
Intervention Classification. Mosby, USA.
Mochtar, R..1998. Toksemia
Gravidarum dalam: Sinopsis Obstetri Jilid I edisi II. EGC: Jakarta
Rachimhadhi, T.. 2005. Preklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Suyono. Y.J.,
2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates,
Jakarta.
Wahdi. Dkk, 2000. Kematian
Maternal Di RSUP
Dr. Kariadi Semarang Tahun 1996-1998. Semarang:
Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar